Pejuang Di Lahan Agraria
- Potensi Di Sebuah Desa
- May 30, 2017
- 2 min read

Hutan merupakan paru paru dunia, apalagi Indonesia. Lahan yang subur dan negara yang dilewati garis kpistiwa. Negara Indonesia merupakan negara agraria dan bahari, dimana sektor keunggulan negeri pertiwi ini dari pertanian, lingkungan hidup, dan kelautan. Hutan sebagai penjaga keseimbangan alam agar terjadinya kehidupan, sebagai pemasok kebutuhan seperti pangan, dan papan dari pohon tua yang usianya memenuhi kelayakan untuk di tebang dan kayunya bisa digunakan untuk pembuatan rumah. Hutan yang ada di Indonesia tersebar ke beberapa pulau, dari sumatera hingga papua.
Kali ini saya coba akan ceritakan pengalaman saya ketika saya berada dissebuah hutan milik negara (perhutani) yang berada di Kota Malang, tepatnya di desa Tawang Argo, Karangploso Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa yang hanya diisi oleh 28 kepala keluarga dan ada 25 rumah ini sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian petani. Mereka semua diizinkan bercocok tanam menggunakan lahan milik perhutani untuk keberlangsungan hidup mereka. Desa tersebut berada di dataran tinggi yang berada di lereng gunung Arjuno sehingga sangat cocok dengan beberapa jenis tanaman yang hidup di dataran tinggi.


Produk unggulan desa ini sebuah minuman yang digemari oleh semua kalangan, rasanya yang khas membuat produk ini sebagai salah satu keunggulan komparatif di dunia Internasional. Warnanya yang hitam pekat bukti khas fisik. Ya, kopi jenis Arabica dan Robusta ditanam di desa ini, menghasilkan lebih dari 100 ton pertahun. Kopi yang dihasilkan menjadikan supply kopi di daerah Malang Raya, Jawa Timur, bahkan mulai dikenalkan di Internasional. Walaupun jaringan untuk memasarkan produk unggulan desa ini, para petani tidak pesimis. Saat saya berbincang bincang dengan salah satu warga, ada memang yang mengenalkan produk kopi andalan desanya dan mendirikan kedai kecil kecilan. Konsepnyapun jarang kita jumpai di negara Indonesia. Ekonomi yang di gunakan sistem “Ekonomi Gotong Royong”, mereka tidak membuat struktur jabatan atau bidang yang sekalipun itu keahliannya. Mereka saling berkomunikasi dan saling percaya adalah kunci berdirinya kedai kopi. Ilmu yang mereka punya tidak semerta merta untuk dirinya sendiri, tetapi di sebarluaskan ke kerabat kerabatnya, bahkan pemuda termasuk saya yang mau belajar. Konsep seperti inilah yang sangat jarang ditemukan dijaman sekarang ini. Pendiri kedaipun tidak ingin mendapatkan keuntungan sendiri, semua dibagi rata ssesuai dengan kinerja mereka, adil, tidak pandang bulu darimana ia berasal. Sejauh mana pengetahuannya, dan sehebat apa dia bekerja.
Saat ini memang sudah harus dikembangkan sistem Ekonomi Gotong Royong, mendukung dan membantu target pemerintah agar masyarakat yang tidak terampil (Involusi) menjadi terampil, masyarakat yang tidak bekerja mendapat kesempatan untuk masuk ke lapangan pekerjaan yang disediakan oleh masyarakat ini. Dampaknya sangat positif, mulai dari berkurangnya pengangguran, menurunkan tingkat kessenjangan (Indeks Giini), kebutuhan hidup yang terpenuhi, dan memiliki tempat tinggal yang layak.
Comments